PEMBENTUKAN GAS H2
DAN CO RAMAH LINGKUNGAN
MELALUI GASIFIKASI
BATUBARA
UNTUK MEREDUKSI BIJIH BESI
Ahsonul Anam
B2TE, BPP Teknologi
Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, 15314
e-mail : ahsonosh@yahoo.com
ABSTRAK
Ketergantungan
pabrik baja terhadap gas alam untuk menghasilkan gas pereduksi bijih besi
sangat besar, sehingga dihadapkan pada masalah yang besar oleh karena harga gas
alam yang cenderung naik. Oleh karena itu, sumber gas pereduksi selain dari gas
alam, teknologi yang mendukung, ekonomis serta ramah terhadap lingkungan,
sangat diperlukan, sehingga daya saing di pasaran bisa ditingkatkan dan
ketergantungan terhadap gas alam bisa diminimalisasi.
Teknologi
gasifikasi adalah teknologi yang sangat ramah lingkungan, membentuk polusi yang
sangat minim walaupun untuk mengolah bahan-bahan yang sangat “kotor” misalnya
batubara dengan kandungan sulfur tinggi. Gasifikasi juga mampu mengurangi
sejumlah besar volume padatan, dengan membentuk produk samping yang ramah
lingkungan, sebagai contoh adalah pembentukan slag dari bahan-bahan anorganik yang terdapat dalam umpan.
Dengan
cadangan batubara Indonesia
yang sangat melimpah, sekitar 36,5 milyar ton, serta dengan dukungan teknologi
gasifikasi yang ramah terhadap lingkungan, bisa dihasilkan gas-gas pereduksi
untuk menggantikan peranan gas alam.
Pendahuluan.
Besi adalah komponen utama baja, salah
satu bahan yang banyak dibutuhkan di dunia. Besi didapatkan dari tambang bijih
besi yang mengandung Fe2O3, suatu senyawa kombinasi dari
besi dengan oksigen. Fungsi dasar semua teknologi pereduksi bijih besi adalah
untuk menghilangkan kandungan oksigen di dalam bijih besi secara ekonomis
menghasilkan besi (Fe). Bijih besi direduksi dalam kondisi padat akan
menghasilkan DRI (direct reduced iron).
Reaksi pembentukan besi dari bijih besi terjadi pada suhu 900oC,
seperti terlihat pada reaksi berikut :
Fe2O3 + 3 CO ® 2 Fe + 3 CO2 (1)
Fe2O3 + 3 H2 ® 2 Fe + 3 H2O (2)
Dari reaksi di atas terlihat bahwa
untuk menghasilkan Fe dibutuhkan zat pereduksi yaitu gas CO dan H2. Kebanyakan di pabrik baja, gas
pereduksi ini dihasilkan dari pengolahan gas alam. Yang menjadi pertanyaan
adalah, haruskah selalu bergantung pada pengolahan gas alam untuk menghasilkan
zat pereduksi tersebut?. Adakah sumber gas CO dan H2 yang lain ?.
Adakah teknologi yang mendukungnya ?. Ramahkah terhadap lingkungan ?.
Ekonomiskah ?. Bisa jadi pertanyaan-pertanyaan di atas baru akan muncul setelah
kita dihadapkan pada mahalnya harga gas alam. Haruskah kita menunggu saat
tersebut ?. Atau barangkali, justru sekarang ini produsen baja kita sudah
dihadapkan pada mahalnya harga gas alam sehingga memperberat daya saing produk
di pasaran ?.
Reformer Gas Alam.
Secara skematik, proses pembentukan gas pereduksi
menggunakan gas alam bisa dilihat pada gambar 1. Gas alam dipanaskan terlebih
dahulu dengan memanfaatkan panas buang keluaran reformer sebelum diumpankan ke reformer.
Di dalam reformer terjadi reaksi
perengkahan gas alam menjadi gas-gas di antaranya gas H2 dan CO. Gas
hasil dari reformer diumpankan ke
tungku pereduksi bijih besi.
Gambar
1. Diagram alir pembuatan gas pereduksi dari gas alam
Pada tungku pereduksi, bijih
besi dikonversikan menjadi DRI. Pengumpanan bijih besi dilakukan secara
kontinyu dari bagian atas tungku, mengalir turun sepanjang tungku karena daya
tarik bumi (gravitas bumi), berlawanan arah dengan gas pereduksi panas. Gas
panas pereduksi bereaksi dengan bijih besi, mengikat oksigen menghasilkan besi
seperti terlihat pada reaksi di atas. Sisa gas pereduksi keluar melalui bagian
atas tungku dan dibersihkan melalui top
gas scrubber, sebagian digunakan sebagai bahan bakar di reformer, dan sebagian dicampur dengan
gas alam umpan yang baru, untuk kemudian dipanaskan dan diumpankan ke reformer.
Teknologi gasifikasi.
Proses gasifikasi
didefinisikan sebagai sautu proses untuk mengubah bahan-bahan non gas, misalnya
cairan atau padatan, menjadi gas. Namun proses gasifikasi di sini lebih diartikan
sebagai sebuah proses untuk membentuk gas sintesis atau syngas, yaitu gas-gas utamanya terdiri dari CO dan H2.
Proses gasifikasi adalah proses yang sangat ramah lingkungan, membentuk polusi
yang sangat minim walaupun untuk mengolah bahan-bahan yang sangat “kotor”
misalnya batubara dengan kandungan sulfur tinggi. Gasifikasi juga mampu
mengurangi sejumlah besar volume padatan, dengan membentuk produk samping yang
ramah lingkungan, sebagai contoh adalah pembentukan slag dari bahan-bahan anorganik yang terdapat dalam umpan.
Dalam proses gasifikasi
batubara untuk menghasilkan syngas,
batubara dipanaskan sampai suhu yang tinggi bersama-sama dengan uap air dan
oksigen murni. Terjadi dua reaksi yaitu oksidasi parsial (persamaan 3) yang
bersifat eksotermis dan menjadi sumber panas yang dibutuhkan untuk rekasi
selanjutnya yaitu reaksi pirolisis (persamaan 4-6) yang bersifat endotermis.
CnHm + (2n) O2 ® nCO + (m/2) H2 (3)
CO2 + C ® 2CO (4)
C + H2O ® CO + H2 (5)
CO + H2O
® CO2 + H2 (6)
Di samping produk di atas, ada juga produk
lain seperti CH4, HCl, HF, NH3 dan HCN dalam jumlah yang
sedikit. H2S juga terbentuk dengan jumlah tergantung dari kandungan
sulfur dalam batubara.
Ada tiga klasifikasi alat gasifikasi
yaitu tipe unggun tetap, unggun terfluidakan dan entrained flow. Untuk tipe unggun tetap, seperti pada British Gas
Lurgi, bahan baku (batubara) diumpankan ke gasifier
melalui bagian atas, sedang uap air dan oksigen diumpankan melalui bagian
bawah. Setelah umpan dikonsumsi, bahan-bahan anorganik meleleh dan dikeluarkan
melalui bagian bawah, sedang syngas
keluar melalui bagian atas. Untuk tipe unggun terfluidakan (British Coal Gasifier), bahan baku (batubara)
diumpankan bersama dengan uap air dan oksigen melalui bagian bawah gasifier, produk syngas dikeluarkan dari bagian atas sedang produk samping berupa slag bahan-bahan anorganik dikeluarkan
melalui bagian bawah. Untuk tipe entarined
flow ( Texaco dan Shell gasifier),
batubara dibuat dalam bentuk slurry
menggunakan air, diumpankan dari bagian atas gasifier bersama-sama dengan oksigen. Slag dan syngas
dikeluarkan dari bagian bawah gasifier.
Dari semua proses di atas, bahan-bahan organik dalam umpan tergasifikasikan,
sedang sisanya berupa bahan-bahan anorganik terlelehkan menjadi bentuk slag, yang dapat digunakan untuk bahan
dasar pengerasan jalan raya atau untuk
bahan bangunan.
Produk syngas melalui proses pemurnian untuk
memisahkan gas dari pengotornya. Misalnya kandungan jelaga dan partikulat,
dipisahkan melalui candle filter
(pemisahan kering) atau melalui water
scrubber (proses basah) sebagai slurry.
Dengan proses basah, juga akan menghilangkan kandungan klorida yang mungkin
terdapat dalam syngas.
Proses pemurnian
selanjutnya adalah untuk menghilangkan kandungan carbonyl sulfid (COS), yaitu
dengan melewatkan syngas melalui
reaktor hidrolisis berkatalis (alumina aktif) unggun tetap yang akan
meghidrolisa COS menjadi CO2 dan H2S serta HCN menjadi NH3
dan CO.
Untuk menghilangkan
kandungan asam dan senyawa sulfur, digunakan pelarut Rectisol atau Selexol.
Rectisol menghilangkan semua komponen gas bersifat asam sedangkan selexol lebih
selktif pada senyawa sulfur. Cara lainnya adalah melewatkan syngas melalui unit DGA (diglycolamine).
Dalam proses ini, DGA bereaksi dengan COS sesuai dengan reaksi berikut :
2R-NH2 + COS ®
R-N-C-N-R + H2O + H2S (7)
Pada persamaan
di atas, R adalah HO-CH2-CH2-O-CH2-CH2-
dan R-NH2 adalah DGA. Produk degradasi R-N-C-N-R dikonversikan lagi
menjadi DGA dalam reclaimer yang dioperasikan pada suhu kira-kira 190oC,
dengan reaksi sebagai berikut :
R-N-C-N-R + 2H2O ® 2R-NH2 + CO2 (8)
DGA juga bisa
mengurangi kandungan H2S dan CO2 sampai level yang sangat
rendah.
Konsep pengolahan bijih besi menjadi
besi melalui teknologi gasifikasi batubara dibagi menjadi dua bagian yaitu
bagian penghasil gas pereduksi melalui gasifier
dan bagian pereduksi bijih besi melalui tungku pereduksi seperti terlihat pada
gambar 2.
Gambar 2. Diagram alir pembuatan gas pereduksi melalui gasifikasi batubara
Pada bagian penghasil
gas pereduksi, terdapat unit-unit pendukung di antaranya unit pembersihan dan
pengkondisian gas, serta unit pemisah udara. Pada bagian pereduksi bijih besi
terdapat unit-unit di antaranya sistem pemisahan gas CO2 sebelum
diumpankan ke sistem pemanasan gas pereduksi dan tungku pereduksi sebagai umpan
balik (recycle).
Tujuan utama bagian
gasifikasi adalah untuk menghasilkan gas pereduksi yang diinginkan dan sesuai
dengan spesifikasi masukan (umpan) tungku pereduksi bijih besi menggunakan
batubara sebagai bahan bakunya. Spesifikasi umpan tungku pereduksi yang utama
adalah kualitas gas pereduksi (rasio reduktan dengan oksidan) yaitu (%H2
+ %CO)/(%H2O + %CO2). Beberapa parameter penting lainnya
adalah rasio H2/CO, kandungan zat inert, kandungan sulfur, kandungan jelaga/partikulat, serta suhu
dan tekanan gas.
Pada tungku pereduksi,
bijih besi dikonversikan menjadi DRI sama seperti yang terjadi menggunakan gas
alam. Sisa gas pereduksi yang keluar melalui bagian atas tungku mengandung
sejumah gas di antaranya adalah CO2 dan H2O, gas inert serta sisa gas H2 dan
CO yang tidak bereaksi. Bila gas tersebut diumpankan balik ke tungku pereduksi
maka harus dibersihkan melalui scrubber
dan alat pemisah CO2. Setelah tahap ini, gas yang akan diumpankan balik
ini dicampur dengan gas sintesis yang baru untuk bersama-sama diumpankan ke
tungku pereduksi. Namun sebelum diumpankan, gas harus dipanaskan terlebih
dahulu sampai 900oC, agar efisiensi pereduksian dapat dimaksimalkan.
Dari keterangan di atas terlihat
bahwa teknologi gasifikasi memberikan alternatif proses pembentukan syngas dari bahan non gas alam sehingga
ketergantungan pabrik baja terhadap gas alam bisa dihindarkan dan juga
teknologi gasifikasi ramah terhadap lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Cheeley R., “Gasification and the Mirex
Direct Reduction Process”, 1999 Gasification Technologies Conference, San Francisco, California,
1999.
2. Jahnke F.C., “Texaco Gasification for Clean
Coal Utilization Controlling Ash at High Temperature and Pressure”, Texaco Global
Gas and Power, 2000 Westchester
Ave, White Plains NY.
3. Mc Mullan J.T., Williams B.C., Sloan E.P.,
Rentz O., Dorn R and Schleef H.-j., “Optimum Configuration of IGCC Power Plant
for a Range of Coals Used in Europe”.
4. Nagl G.J. , “Cleaning Up Gasification Syngas”,
Gas Technology products, Schaumburg,
IL 60173,
USA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar